27 Desember 2024
Distribusi paket perlengkapan kebersihan kepada warga
Desa Mantikole, Kabupaten Sigi, dilakukan oleh salah satu anggota Pokja OPDis
Pasigala (©ASB Indonesia
and the Philippines 2019/Dwi Oblo)
Ketangguhan menghadapi bencana sangat
begantung pada kesiapsiagaan masyarakat setempat dan pemerintah daerah sebagai first responder, yaitu pihak yang dapat
mengakses dan memberikan bantuan pertama kali jika situasi darurat terjadi. Meningkatkan
kapasitas kesiapsiagaan aktor lokal dalam merespons bencana secara inklusif
merupakan salah satu mandat kerja Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) di Indonesia di bawah program kerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri). Bekerjasama dengan pemda dan mitra lokal, ASB menjalankan beragam program dan kegiatan dalam melaksanakan mandat tersebut. Tidak hanya di fase sebelum bencana, pada situasi darurat dan
pemulihan pasca bencana pun, ASB terus mendukung peningkatan kapasitas lokal, salah
satunya melalui program respons darurat dan pemulihan yang telah dan sedang
dilaksanakan ASB di Provinsi Sulawesi Tengah, pasca bencana yang terjadi pada
September 2018 lalu.
Rangkaian kejadian gempa, tsunami, dan
likuefaksi di Sulawesi Tengah menyebabkan ribuan korban jiwa dan luka berat, serta
memaksa setidaknya 173,000 warga untuk tinggal di tempat-tempat pengungsian. Merespons situasi
tersebut, ASB berkoordinasi erat dengan Kemendagri serta Kementerian Luar Negeri
(Kemlu RI) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan
kaji cepat pasca bencana yang difokuskan pada identifikasi kelompok masyarakat paling berisiko dan peluang pemenuhan kebutuhan
daruratnya. Melalui proses ini, ASB berkesempatan untuk
berjejaring dan bekerja sama dalam mengupayakan respon bencana yang inklusif
bersama pemerintah daerah dan organisasi penyandang disabilitas (OPDis)
setempat.
Beragam kegiatan peningkatan kapasitas bagi
OPDis diselenggarakan untuk mempersiapkan sebagian besar anggotanya yang belum
memiliki pengetahuan dan pengalaman seputar respon darurat. Kegiatan
peningkatan kapasitas yang dilakukan tidak hanya terkait teknis pelaksanaan,
melainkan juga prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami dan diterapkan dalam
menjalankan respon darurat. Perwakilan beberapa OPDis yang terlibat dalam
pelaksanaan respon darurat bersama ASB kemudian membentuk Kelompok Kerja OPDis
Palu Sigi Donggala (Pokja OPDis Pasigala). Bersama dengan Pokja OPDis Pasigala,
ASB melakukan beragam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat terdampak, khususnya
di sektor air, sanitasi dan kebersihan (water,
sanitation, and hyigiene – WASH).
Lebih lanjut, Pokja OPDis Pasigala juga
diajak untuk memimpin proses peningkatan kapasitas bagi Pemerintah Daerah dan
pelaku kemanusiaan lain di Sulawesi Tengah yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, pemahaman, dan praktik inklusi dalam pelaksanaan respon darurat
bencana. ASB juga memfasilitasi kerja sama erat antara OPDis dengan Pemerintah
Daerah dan pelaku kemanusiaan lain yang bekerja di Sulawesi Tengah dengan
melibatkan Pokja OPDis Pasigala dalam mekanisme koordinasi Posko dan kluster.
Selain untuk melaporkan langsung kegiatan yang telah dilakukan bersama ASB,
keterlibatan Pokja OPDis Pasigala juga bertujuan untuk mempromosikan dan
mendorong penerapan pendekatan inklusif dalam respon darurat di Sulawesi Tengah
secara umum. Cerita lain
keterlibatan OPDis dalam respons bencana dapat dibaca di sini.
Seorang warga terdampak gempa bumi di Desa Pesaku,
Kabupaten Sigi, mengambil air bersih hasil pemurnian menggunakan SkyHydrant (©ASB Indonesia
and the Philippines 2019/Dwi Oblo)
Melalui kerja sama dengan Pokja OPDis
Pasigala, ASB telah melakukan instalasi alat pemurnian air SkyHydrant beserta
penampungannya di 20 titik di Palu, Sigi, dan Donggala. Instalasi ini membantu
pemenuhan kebutuhan air bersih bagi setidaknya 4,000 warga terdampak bencana.
ASB dan Pokja OPDis Pasigala juga menyelesaikan pembangunan 111 jamban semi
permanen di sejumlah titik pengungsian. Fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) ini dirancang
menggunakan prinsip universal, sehingga dapat diakses dan digunakan dengan aman
oleh semua warga, termasuk pengguna kursi roda, orang lanjut usia dan warga yang
memiliki hambatan penglihatan. Selain itu, ASB dan Pokja OPDis Pasigala juga
bekerja sama dalam mendistribusikan paket perlengkapan kebersihan dan
mensosialisasikan informasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada 4,500
rumah tangga yang tersebar di 3 kota dan kabupaten. Perlengkapan kebersihan
tambahan juga disediakan bagi rumah tangga yang memiliki kebutuhan khusus,
seperti balita, penyandang disabilitas, dan orang lanjut usia.
Melalui kemitraan dengan Pokja OPDis
Pasigala dan Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah yang telah terjalin,
ASB terus mendukung upaya pemulihan kesejahteraan masyarakat pasca bencana
dengan pelaksanaan beragam program lanjutan. Di sektor WASH, ASB mengupayakan
ketersediaan air bersih melalui instalasi pengolahan air di beberapa desa di Sigi dan
Donggala. Pelibatan masyarakat setempat dilakukan secara langsung melalui skema
cash for work, yang sekaligus menjadi
salah satu upaya pendukung pemulihan ekonomi. Selain itu, ASB juga tengah
mengimplementasikan program penguatan manajemen kesiapsiagaan Puskesmas dan
integrasinya dengan upaya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat di 3
desa di Kabupaten Sigi dan Donggala.
Tidak hanya di Sulawesi Tengah, skema
kemitraan dengan Pemerintah Daerah dan OPDis setempat juga menjadi prinsip
utama ASB dalam pelaksanaan respons darurat yang inklusif di wilayah lain,
termasuk saat merespons kejadian gempa Pidie Jaya (2017), gempa Lombok
(2018), tsunami di Banten dan Lampung (2019), banjir di Tangerang (2020), serta kegiatan respons COVID-19 di
beberapa daerah baru-baru ini. Kemitraan ini
memungkinkan ASB untuk memberikan layanan yang terdistribusi secara efektif dan
menjangkau penyandang
disabilitas dan orang lanjut usia yang kemungkinan tertinggal saat situasi
darurat.