Keberhasilan Konservasi Dan Rehabilitasi Pantai Di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

27 Desember 2024

Mangrove atau bakau merupakan tanaman yang hidup di habitat air payau atau air laut, di area pesisir yang berlumpur, dan terpengaruh dengan pasang-surut air laut dan air tawar. Biasanya mangrove tumbuh subur di daerah muara, tempat pertemuan antara sungai dan laut. 

Tanaman mangrove memiliki berbagai manfaat. Sebagaimana fungsi pohon pada umumnya, mangrove menyerap karbon dioksida (CO2) dan memproduksi oksigen (O2) yang bermanfaat bagi manusia dan menjaga lapisan ozon. Di samping itu, hutan mangrove juga berfungsi sebagai habitat dan tempat berkembang biak berbagai jenis ikan dan aneka jenis hewan yang hidup di area perairan yang berlumpur. Keberadaan hutan mangrove sangat diperlukan untuk mencegah abrasi pantai akibat  terjangan ombak dan mengurangi intrusi air laut ke daratan. Di sisi lain, hutan mangrove juga dapat memberi manfaat ekonomi, khususnya bagi masyarakat yang bermukim di area sekitar hutan, melalui pengelolaan area hutan yang dijadikan sebagai objek wisata atau pemanfaatan bagian dari pohon mangrove itu sendiri.

Sangat pentingnya manfaat pohon mangrove ini, maka OISCA International melaksanakan program penghijauan atau reboisasi di wilayah Kawasan Pantai Utara Jawa yang tersebar di beberapa lokasi, yaitu di Kabupaten Indramayu, Brebes, Pemalang, Demak, Pati, Jepara, Sumenep dan lainnya. Sejak tahun 1999, OISCA International telah menanam mangrove seluas lebih dari 3060 ha.  Program ini didanai dari beberapa sponsor dari Jepang, salah satunya Tokio Marine Insurance, yang peduli akan kelestarian bumi.

Sebagian lokasi yang telah ditanami mangrove sudah memperlihatkan hasilnya, seperti di Pemalang, Demak, Brebes dan Pati, yang  telah menjadi kawasan wisata. Kawasan wisata hutan mangrove ini menawarkan pemandangan hijau pepohonan yang dapat dikunjungi dengan perahu yang dapat memberikan pengalaman dan menyegarkan pikiran para pengunjungnya. Setelah berkeliling kawasan hutan wisata, pengunjung dapat menikmati kuliner pesisir berupa makanan laut yang segar, seperti kepiting, udang, kerang, dan ikan yang diperoleh dari area hutan mangrove tersebut. 

Pada tahun 2018, telah dibangun satu kawasan wisata hutan mangrove di Kabupaten Pati. Di area tersebut dibuat walking-track atau akses jalan kaki bagi para pengunjung agar dapat berjalan menyusuri hutan mangrove tanpa harus berkotor-kotor terkena lumpur.

Perlu diketahui, untuk membuat atau merehabilitasi suatu Kawasan hutan mangrove memakan waktu yang cukup lama dan melibatkan berbagai pihak dan lapisan masyarakat. OISCA International memiliki kader-kader yang dididik di OISCA Training Center di Sukabumi, Jawa Barat dan Karanganyar, Jawa Tengah. Kader-kader tersebut adalah para pemuda lulusan SMA dari seluruh Indonesia, yang telah melalui proses seleksi, yang dilatih dan dididik untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang pertanian, serta dilengkapi dengan pelatihan kedisiplinan. OISCA International sendiri telah eksis di Indonesia sejak tahun 1979. Semua lulusan dari program pelatihannya dikaderkan untuk dapat menjadi pemuda pelopor di daerahnya. Hingga saat ini, sudah ada +5000 orang alumni program pendidikan dan pelatihan OISCA International. 

Salah seorang alumni program pelatihan OISCA International ‘Human Resource Development ‘ yang lulus tahun 2002 dari OISCA Training Center di Sukabumi, Andi Lestari, telah aktif di daerahnya, Kabupaten Pati, untuk mengelola program rehabilitasi hutan mangrove, dibantu oleh kelompok tani masyarakat di wilayah pesisir yang disponsori oleh Tokio Marine Insurance. Andi awalnya merasa kesulitan dalam menanam mangrove yang membuatnya mengalami beberapa kali kegagalan. Namun, berkat kegigihannya bersama kelompok masyarakat pesisir, mereka berhasil menanam mangrove jenis Avicennia dan Rhizhophora, dan sekarang menikmati hasil usahanya. Dengan adanya hutan mangrove, masyarakat merasa tenang dari ancaman abrasi pantai dan saat ini sudah dapat memanfaatkan tanaman mangrove dengan memanen buahnya untuk dibuat makanan, dan bahkan para nelayan sekitar hasil tangkapan ikannya juga telah meningkat. 

Dari sisi ekonomi, program penanaman mangrove OISCA International di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu di Desa Kertomulyo, Desa Tunggul Sari, dan Banyu Towo, dengan total area penanaman seluas 339 ha telah berhasil dijadikan sebagai area wisata dengan ciri khas masing-masing desa.

Misalnya di Desa Kertomulyo, Kecamatan Trangkil, lokasi hutan mangrovenya dikelola oleh masyarakat yang mendirikan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang beranggotakan + 30 orang pemuda yang solid berbentuk koperasi dengan nama “Tresno Segoro.” Mereka memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan lokasi wisata lingkungan mangrove ini ke masyarakat luas agar bukan hanya dikenal dan dikunjungi oleh masyarakat Kabupaten Pati, melainkan juga masyarakat di luar kabupaten. Masyarakat desa setempat pun juga memiliki produk untuk dijual di area kawasan wisata, seperti minuman sirop, makanan ringan mangrove, kopi, cendol, dan kuliner lainnya dibeli oleh para pengunjung, bahkan hasil produk dari desa ini sering mengikuti pameran di beberapa daerah. Dari hasil penjualan tersebut, 50% keuntungannya digunakan untuk membiayai konservasi dan penanaman mangrove. Keberhasilan ini mendapatkan perhatian dari pemda setempat sehingga mendapatkan bantuan dana desa untuk melakukan pengaspalan jalan hingga dekat lokasi wisata sepanjang 5 km untuk memperlancar akses ke tempat wisata.



                                                    

(a) Awal penanaman tahun 2012                             (b) Kawasan hutan angrove setelah 5 tahun                       (c) Gerbang menuju kawasan wisata mangrove 


Kondisi Hutan Mangrove di Desa Kertomulyo, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah



Di Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, selain peduli dengan lingkungan, kelompok masyarakatnya memiliki keunikan tersendiri dalam mengelola tempat wisata mangrove, yaitu mendapatkan SK pengelolaan hutan mangrove dari pemerintah daerah sejak tahun 2018. Selain itu, ciri khas lainnya dari Desa Tunggulsari adalah hasil produk budidaya ikan nila air asin dan ikan bandeng, produk terasi khas Pati, krupuk ikan, serta kuliner lainnya. Sedangakan untuk infrastruktur telah dibangun oleh pemerintah daerah, termasuk infrastruktur jalan untuk ke lokasi wisata, yang pembangunannya didanai dana desa.


                          

                                                           Lokasi Hutan Mangrove Desa Tunggulsari dan Peresmian Kawasan wisata mangrove di Pada tanggal 28 Januari 2020





Menyusuri track wisata Mangrove di Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, dengan aman dan nyaman.



Untuk Desa Banyu Towo, Kecamatan Dukuhseti, mereka juga telah mendapat perhatian dari pemerintah daerah berupa pembangunan jalan sepanjang 500 m dari jalan utama untuk mencapai lokasi pantai yang sebentar lagi akan dibuka sebagai tempat wisata mangrove. Di desa ini, wisata mangrove nya memiliki ciri khas terdapat tempat pelelangan ikan dan rumah apung. Mangrove di sepanjang Desa Banyu Towo ini luasnya sekitar 6 ha yang dikelola oleh para pemuda desa yang juga peduli terhadap lingkungan.





Andi (kiri) Koordinator program Mangrove Kabupaten Pati, Jawa Tengah.



Selain sebagai penggerak koordinator program mangrove OISCA International di Pati, Andi Lestari juga memiliki tempat usaha dari hasil belajar pertaniannya, yaitu dengan mengemas tempat penjualan bibit tanaman menjadi obyek wisata “Yutaka Farm” yang menyediakan bibit tanaman bunga dan juga menyewakan pakaian kimono Jepang untuk difoto dengan latar ala Jepang bagi para pengunjung. Tempat wisata ini sekarang sudah berkembang dengan menambah fasilitas kolam renang dan arena bermain. Selain itu, ada juga program edukasi lingkungan hidup dengan nature game, praktik menanam, panen sayuran dan jagung , dan arena bermain lainnya yang cocok untuk anak-anak dan keluarga.